Surah Ali 'Imran Ayat 180

Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka. Harta benda dan kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila dinafkahkan di jalan Allah, bahkan akan bertambah dan diberkahi. Tetapi kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat. Nabi Muhammad saw bersabda: Siapa yang telah diberi harta oleh Allah, kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan diperlihatkan hartanya berupa ular sawah yang botak, mempunyai dua bintik hitam di atas kedua matanya, lalu dikalungkan kepadanya di hari Kiamat nanti. Ular itu membuka rahangnya dan berkata, "Saya ini adalah hartamu, saya ini adalah simpananmu," kemudian Nabi membaca ayat ini. (Riwayat al-Bukhari dan al-Nasai dari Abu Hurairah). Sebenarnya segala apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah, diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya sebagai titipan dan amanat. Sewaktu-waktu dapat dicabut dan dipindahkan ke tangan orang lain menurut kehendak-Nya. Jadi apakah alasan bagi mereka yang bakhil dan tidak mau mengeluarkan harta Allah untuk mencari rida-Nya? Apa saja yang dikerjakan seseorang, semuanya itu diketahui oleh Allah dan dibalas sesuai dengan amal dan niatnya. Nabi Muhammad saw bersabda: "Bahwasanya amal itu tergantung dari niat, dan bahwasanya setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari 'Umar bin al-Khattab).

Let them not suppose read lā yahsabanna ‘let them not suppose’ or lā tahsabanna ‘do not suppose’ those who are niggardly with what God has given them of His bounty that is with His obligatory almsgiving that it their niggardliness is better for them khayrun lahum is the second direct object; the pronoun huwa ‘that it is’ is used to separate the two statements; the first direct object is bukhlahum ‘their niggardliness’ implicit before the relative clause alladhīna in the case of the reading tahsabanna sc. wa-lā tahsabanna bukhlahum ‘do not suppose their niggardliness…’ or before the pronoun huwa ‘it is’ in the case of the reading yahsabanna sc. wa-lā yahsabanna lladhīna…bukhlahum huwa khayran lahum ‘let them not suppose those who…that their niggardliness is better for them’; nay it is worse for them; what they were niggardly with namely the obligatory almsgiving of their wealth they shall have hung around their necks on the Day of Resurrection when he will have a snake around his neck biting viciously at him as reported in a hadīth; and to God belongs the inheritance of the heavens and the earth inheriting them after the annihilation of their inhabitants. And God is aware of what you do ta‘malūna also read ya‘malūna ‘they do’ and will requite you for it.